Senin, 31 Oktober 2011

Tugas 1



1.      Contoh bahasa indonesia secara baik dan benar melalui sebuah dialog ,yaitu sebagai berikut :

Dalam sebuah kantor desa ada pertemuan antara kepala desa dengan seorang staff kantor desa itu yang bernama Budi.

Kepala desa     : “Budi ,kenapa ada warga yang memiliki KTP ganda ?”
Budi                : “ maaf pak sebelumnya, ini hanya kesalahan teknis ? “
Kepala desa     : apa?
                          Hanya kesalahan teknis, kata mu ?
                          Ngawur kamu bicaranya,
Budi                : iya pak, saya mintak maaf,
Ini kesalahan saya yang tidak teliti dalam pencatatan warga baru.
                        Kepala desa     : saya tidak mau tahu,masalah ini harus selesai.
                                                  Jangan sampai masalah ini berlarut-larut.
Budi                : iya pak, saya berjanji akan segera menyelesaikan        masalah ini.


Sebagai alat komunikasi

Sebagai alat komunikasi, bahasa merupakan saluran perumusan maksud kita, melahirkan perasaan kita dan memungkinkan kita menciptakan kerja sama dengan sesama warga. Ia mengatur berbagai macam aktivitas kemasyarakatan, merencanakan dan mengarahkan masa depan kita (Gorys Keraf, 1997 : 4). Komunikasi merupakan akibat yang lebih jauh dari ekspresi diri. Komunikasi tidak akan sempurna bila ekspresi diri kita tidak diterima atau dipahami oleh orang lain.

Pada saat kita menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi, kita sudah memiliki tujuan tertentu. Kita ingin dipahami oleh orang lain. Kita ingin menyampaikan gagasan dan pemikiran yang dapat diterima oleh orang lain. Kita ingin membuat orang lain yakin terhadap pandangan kita. Kita ingin mempengaruhi orang lain. Lebih jauh lagi, kita ingin orang lain membeli atau menanggapi hasil pemikiran kita. Jadi, dalam hal ini pembaca atau pendengar atau khalayak sasaran menjadi perhatian utama kita. Kita menggunakan bahasa dengan memperhatikan kepentingan dan kebutuhan khalayak sasaran kita.

Pada saat kita menggunakan bahasa untuk berkomunikasi, antara lain kita juga mempertimbangkan apakah bahasa yang kita gunakan laku untuk dijual. Oleh karena itu, seringkali kita mendengar istilah “bahasa yang komunikatif”. Misalnya, kata makro hanya dipahami oleh orang-orang dan tingkat pendidikan tertentu, namun kata besar atau luas lebih mudah dimengerti oleh masyarakat umum..Dengan kata lain, kata besar atau luas,dianggap lebih komunikatif karena bersifat lebih umum. Sebaliknya, kata makro akan memberikan nuansa lain pada bahasa kita, misalnya, nuansa keilmuan, nuansa intelektualitas, atau nuansa tradisional.



2.  Contohnya : Kata griya, misalnya lebih sulit dipahami dibandingkan kata rumah atau wisma. Dengan kata lain, kata besar, luas, rumah, wisma, dianggap lebih komunikatif karena bersifat lebih umum.

Contoh fungsi bahasa sebagai alat komunikasi adalah melalui sebuah percakapan yaitu sebagai berikut:
Pentas menggambarkan sebuah ruangan kelas waktu pagi hari.
Tampak disana beberapa meja kursi, kurang begitu teratur rapi. Beberapa papan majalah dinding tersandar di dinding dan di meja.
Seorang pemuda pelajar sedang duduk di atas meja. Ia bersilang tangan. Pemuda itu Heri namanya. Ia adalah Pemimpin Redaksi majalah dinding itu. Sedangkan andri, Seketaris Redaksi, duduk di kursi. Waktu itu hari Minggu, Heri tampak kusut. Wajahnya muram. Ia belum mandi, hanya mencuci muka dan gosok gigi. Ia terburu-buru ke sekolah karena mendengar berita dari ajie, Wakil Pimpinan Redaksi, bahwa majalah dinding itu dibreidel oleh Kepala Sekolah, gara-gara karikatur eli mengejek Pak John, guru karate.
Seorang pelajar lainnya, wahyu, sedang menekuni buku. Ia adalah eseis yang mulai di kenal tulisan-tulisannya lewat majalah dinding itu.

Heri : wahyu
Wahyu : Ya!
Heri : Kau ada waktu nanti sore?
Wahyu : Ada apa seh?
Heri : Aku perlu bantuanmu menyusun surat protes itu.
Andri : Kurasa tak ada gunanya kita protes. Kita sudah kalah. Bagi kita, Kepala sekolah kita bukan guru lagi. Bukan pendidik. Ia berlaga penguasa.
Wahyu             : Itu tafsiranmu, Misa . Menurut dia tindakannya itu mendidik.
Heri                : Mendidik, tetapi mendidik pemberontak. Bukan mendidik anak-anaknya sendiri. Gila
wahyu                         : Masak begitu?
Heri                :Kalau mendidik anaknya sendiri kan bukan begitu caranya.
wahyu                         : Tentu saja tidak.Ia bertindak dengan caranya sendiri.

andri                : Sudalah. Kalau kalian menurut aku sebaiknya kita protes diam. Nanti, kalau sekolah kita tutup tahun, kita semua diam. Mau apa Pak Kepala Sekolah itu. kalau kita diam. Tenaga inti masuk staf redaksi semua.

Heri                 : Tapi masih ada satu bahaya.
Andri               : Bahaya?
Heri                 : Nasib Ikkun, karikaturis kita itu?
Heri                 : Bisa jadi dia akan celaka.
Andri               : Lalu?
Heri :               Kita harus selesaikan masalah ini.
Andri               : Caranya?
Heri                 : Kita harus buka front terbuka.
Andri               : Itu nggak taktis, Usui!
Heri                 : Habis,kalau maen gerilya kita kalah.
Wahyu             : Baik.Tapi front terbuka juga berbahaya.
andri                : Orang luar bisa tahu.Sekolah cemar.
wahyu                         : Betul!
andri                : Apakah sudah tidak ad jalan keluar lagi?Kita mati Kutu?
Wahyu             : Ada,tapi jangan gsusa-grusu. Kita harus ingat, ini buka perlawanan musuh. Kita berhadapan dengan orang tua kita sendiri. Jadi asal jangan membakar rumah, kalau marah.
Heri                 : Baik Filsuf ! Apa rencanamu?

Eli masuk. nafasnya terengah-engah. peluhnya berleleran.
Andri               : Kau dari mana, Ikkun?


0 komentar:

Posting Komentar

Template by:

Free Blog Templates